Sabtu, 16 Oktober 2010
Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku merupakan golongan tumbuhan yang telah berkormus (mempunyai akar, batang, dan daun). Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang paling sederhana.
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
1.Ciri –ciri tumbuhan paku
Semua anggota tumbuhan paku memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi, embrio multiselular yang terdapat dalam arkegonium, kutikula pada bagian luar, dan yang paling penting adalah system transport internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah.
Tumbuhan paku memiliki bagian –bagian yaitu:
1)Akar,
Akar bersifat akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra yang terdiri atas sel-sel yang dapat di bedakan sel-sel akarnya sendiri. Pada titik tumbuh akar terdapat sebuah sel puncak berbentuk bidang empat yang membelah ke empat arah menurut bidang sisinya. Sel-sel yang di bentuk ke arah luar akan menjadi kaliptra, sedangkan ke tiga arah lainnya akan menjadi sel-sel akar. Sel-sel akar akan membentuk epidermis (kulit luar), korteks (kulit dalam), dan slinder pusat.
2)Batang
Batang pada sebagian besar jenis tumbuhan paku tidak Nampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika muncul di atas permukaan tanah, batangnya sengat pendek sekitar 0,5 m. akan tetapi, ada batang beberapa jenis tumbuhan paku seperti paku pohon/paku tiang yang dapat mencapai 5 m dan kadang-kadang bercabang.
3)Daun
Daun di bedakan menjadi 2 yaitu: Mikrofil, daun ini berbentuk kecil-kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan tidak bertulang daun. Makrofil, merupakan daun yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang daun serta bercabang-cabang. Di tinjau dari fungsinya, daun tumbuhan paku di bedakan atas: Tropofil, dun yang merupakan daun yang khusus untuk fotosintesis. Sedangkan Sporofil ,daun yang berfungsi untuk menghasilkan spora.
Habitat tumbuhan paku adalah di darat, terutama pada lapisan bawah di dataran rendah, tepi pantai, lereng gunung, 350 meter di atas permukaan laut terutama di daerah lembab, dan ada yang bersifat epifit (meneempel) pada tumbuhan lain.
Reproduksi tumbuhan paku dapat secara aseksual (vegetative), yaitu dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Reproduksi secara seksual (generative) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat-alat kelamin. Seperti halnya tumbuhan lumut, tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran keturunan).
Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
2.Klasifikasi
Tumbuhan paku dibagi menjadi empat subdivisi yaitu Psilophyta, Lycophyta, Sphenophyta, dan Pterophyta.
Psilophyta
Merupakan tumbuhan paku sederhana dan mempunyai dua generasi. Contohnya Psilotum sp yang tersebar luas di daerah tropic dan subtropik.
• Lycophyta
Hanya sedikit spesies Lycophyta yang masih bertahan hidup yaitu yang tergolong genus Lycopodium sp. Dan Seloginella sp.
Spesies Lycopodium adalah tumbuhan tumbuhan tropis dan hidup sebagai epifit. Spora Lycopodium terdapat dalam sporofit yang merupakan daun khusus untuk bereproduksi. Lycopodium sp. Dapat menghasilkan spora tunggal yang akan berkembang menjadi gametofit biseksual yang memiliki organ jantan maupun betina.
Selaginella sp. Merupakan tanaman heterospora, karena dapat menghasilkan dua jenis spora. Spora yang berukuran besar disebut megaspore, yaitu merupakan gamet betina yang akan membentuk arkegonia, sedangkan spora yang berukuran kecil disebut mikrospora yang akan membentuk gamet jantan atau anteridia.
• Spenophyta
Spenophyta sering disebut paku ekor kuda. Sphenophyta bersifat homospora .. Paku ekor kuda memiliki strobilus bertangkai mirip ekor kuda. Strobilus tersusun dari sporofil-sporofil yang berbentuk gada atau perisai besegi lima, yang masing-masing mengandung banyak sporangium. contohnya Equisetum sp
• Pterophyta
Pterophyta banyak terdapat di hutan subtropics maupun di daerah tropis. Pterophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora dan memiliki susunan daun yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu. Daun mudanya membentuk gulungan/melingkar. Pterophyta (paku sejati) umumnya tumbuh di darat pada daerah tropis dan subtropis. Daunnya besar, daun muda menggulung. Sporangium terdapat pada sporofil (daun penghasil spora). Selain itu pterophyta mempunyai daun-daun yang lebih besar di bandin gkan dengan divisi lainnya. Ada 2 jenis daun , yaitu megafil mempunyai system percabangan pembuluh. Dan makrofil adalah daun yang muncul dari batang yang mangandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Contohnya: Adiantum cuncatum (paku suplir untuk hiasan), Marsilea crenata (semanggi untuk sayuran), Asplenium nidus (paku sarang burung), Pletycerium bifurcatum (paku tanduk rusa).
Peranan tumbuhan paku dalam kehidupan
Beberapa jenis tumbuhan paku bermanfaat bagikehidupan manusia diantaranya:
>Sebagai tanaman hias. Contohnya: Platycerium ( paku tanduk rusa),Adiantum sp. (suplir), Asplenium sp. (paku sarang burung),Selaginella sp. (paku rane) dan lain-lain.
>Penghasil bahan obat-obatan . contohjnya: Equisetum (paku ekor kuda) untuk atidiuretik, Cylophorus untuk obat pusing dan obat luar, Dryopteris untuk obat cacing pita, dan lain-lain.
>Bahan sayuran. Contohnya:Marsilea (semanggi), Pteridium aquilium (paku garuda) dan lain-lain.
Kesuburan tanah : Azolla pinnata
Lumut
Lumut termasuk divisi Bryophyta. Bryophyta berasal dari bahasa yunani bryon yang artinya tumbuhan lumut. Bryophyta merupakan jenis tumbuhan rendah yang pertama beradaptasi dengan lingkungan darat, tidak seperti halnya jamur yang mesti kehilangan klorofilnya.
Pada umumnya lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan klorofil a dan b, dengan demikian lumut dersifat autotrof. Tubuh lumut dapat di bedakan antara sporofit dan gametofitnya.
Berdasarkan struktur tubuhnya, ada ahli yang menganggap bahwa tumbuhan lumut masih berbentuk talus, tetapi ada pula yang menganggap telah berkormus. Lebih tepatnya lumut merupakan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus. Ada ahli botani yang menganggap lumut merupakan perkembangan dari ganggang hijau berbentuk filamen.
Lumut melakukan dua adaptasi yang memungkinkanya untuk tumbuh di tanah, yaitu pertama tubuhnya diselubungi oleh kutikula lilin sehingga dapat mengurangi penguapan dari tubuhnya. Kedua, gamet-gametnya berkembang dalam gametangia sehingga zigot hasil fertilisasinya berkembang di dalam jaket pelindung.
Ciri –ciri tumbuhan lumut adalah sebagai berikut:
a.Sel –sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
b.Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium) terutama susunan arkegoniumnya.
c.Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda-beda. Pad tumbuhan lumut belum terdapat floem maupun xylem.
d.Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun lebih dari satu lapis sel.
e.Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar.
f.Rizoid tampak seperti rambut/benang-benang, berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari satu deret sel yang memanjang kadang-kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
g.Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas:
Vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium
Seta atau tangkai
Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan kotak spora
Kaliptra atau tudung berasal dari arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora
Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora.
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dan aseksualnya. Reproduksi aseksualnya dengan spora haploid yang di bentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang di bentuk dalam gametofit. Ada 2 macam gametangium, yaitu:
1.Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang di sebut perut, bagian yang sempit disebut leher. Keduanya mempunyai dinding yang tersusun atas selapis sel. Di atas perut terdapat saluran leher dan satu sel induk yang besar, sel ini membelah menghasilkan sel telur.
2.Anteridium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding anteridium terdiri dari selapis sel-sel yang mandul dan di dalamnya terdapat sejumlah besar sel induk spermatozoid. Sel induk membelah secara meiosis dan menghasilkan spermatozoid-spermatozoid yang bentuknya seperti spiral pendek sebagian besar terdiri dari inti dan bagian depanya terdapat dua bulu cambuk.
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu keturunan yang disebut metagenesis.
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa yang dikenal orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.
Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis. Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.
Ada beberapa ahli yang menggolongkan lumut menjadi 2 kelas, tetapi hasil penelitian baru menyatakan bahwa lumut dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
a.Lumut daun (Musci)
Lumut daun merupakan lumut yang paling banyak dikenal. Hamparan lumut sering terdapat di tempat lembap. Lumut kelas ini mempunyai bagian –bagian yang bentuknya menyerupai batang dan daun. Daun-daun terletak secara seimbang di sekeliling batang, atau berhadapan dalam dua baris. Sel-sel daunnya panjang atau isodiametris. Sislus lumut mengalami pergantian antara generasi haploid dan diploid. Anggota kelas musci yang sering di jumpai adalah polytrichum juniperinum, furaria, aerobrysis longissima, poganatum cirratum, dan lumut gambut sphagnum.
b.Lumut hati (Hepaticeae)
Lumut ini berbentuk thallus. Jika terdapat bagian yang menyerupai batang dan daun, maka daun-daunnya terdapat dalam dua baris yang berhadapan atau berseling, dan baris ketiga kadang-kadang terdapat pada sisi bawah batangnya. Lumut hati dapat melakukan reproduksi secara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok di permukaan gametofit. Anggota kelas hepaticeae yang sering dijumpai adalah Riccia marchantia, Dumortiera, Anthoceros, Megaceros, yang semuanya tak berdaun. Adapun jenis yang berdaun adalah Jungermania, Leucolejeuna dan scapania.
c.Lumut tanduk (Anthocerotaceae)
Lumut tanduk mempunyai gametofit mirip dengan gametofit lumut hati , perbedaanya terlatak pada sporofitnya. Sporofit lumut tanduk mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Contoh lumut tanduk adalah Anthoceruos laevis.
Manfaat lumut bagi manusia
Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan manusia, tetapi ada spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia polymorpha. Selain itu jenis-jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat di gunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas.
Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.
Platyhelminthes
BAB I
PENDAHULUAN
Hewan-hewan yang termask filum Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Acanthocepala bertubuh memanjang , simetri bilateral, dengan struktur tubuh primitif. Tidak ada yang bersifat metameri, banyak di antaranya hidup parasitis. Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Platyhelminthes memiliki tubuh, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut, dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.
Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus.
Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filum Pltyhelminthes
Platy = pipih; helminthes (Yunani) = cacing; vermes (latin) = cacing. Platyhelminthes memiliki tubuh pipih lunak , epidermis lembut, bersilia (Turbellaria), tubuh ditutupi kutikula, dilengkapi Sucker, kait, atau keduanya untuk menempel pada inang (parasiter). Tubuh Platyhelminthes sudah dapat dibedakan antara bagian anterior dan posterior. Platyhelminthes bersifat tripoblastik, bilateral simetris , pipih tidak bersigmentasi. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Sistem pencernaan tidak lengkap (tidak mempunyai anus) biasanya bercabang-cabang. Mempunyai lapisan otot, tidak berangka, tidak mempunyai alat sirkulasi, respirasi, ekskresi dengan sel api yang berhubungan dengan saluran pengeluaran Sistem saraf dengan sepasangan ganglia anterior atau saraf bentuk cincin yang bersambungan dengan 1 – 3 saraf longitudinal yang memanjang di sisi tubuh, Jenis kelamin menyatu, masing-masing dengan gonad, fertilisasi internal, perkembangan secara langsung (Turbellaria, Monogenea) dan mengalami tahap larva (Trematoda, Cestoidae).
B. Klasifikasi
Platyhelminthes (cacing pipih) di bedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita).
1. Kelas Turbellaria (cacing berambut getar)
Anggota-anggota turbellaria hidup mandiri dalam air tawar, air laut, atau di daratan yang basah, jarang yang hidup parasit. Turbellaria memiliki cilia di tubuhnya untuk bergerak di air atau merayap pada dasar perairan. Bentuk tubuhnya berbentuk tongkat atau bentuk rabdit. Ukuran turbellaria antara 1-60 cm. Turbellaria bersifat herbivora, karnivora, atau scavenger. Turbellaria memiliki dua bintik mata yang peka terhadap cahaya, dan menyukai tempat gelap . reproduksi secara aseksual dengan pembelahan transversal (gaya regenerasi tinggi), dan secara seksual hermaprodit, fertilisasi internal, dengan terlebih dahulu melakukan pertukaran sperma. Contoh:
planaria
Anggota-anggota marga ini bertubuh kecil, hidup mandiri dalam air tawar. Permukaan tubuh bercilia, mempunyaki dua mata. Dari mulut, kira-kira di tengah terdapat proboscis, yaitu tenggorok yang dapat di tonjolkan ke luar. Tenggorok (faring) melanjut ke ruang digesti, yaitu usus yang terdiri dari 3 cabang utama, yaitu satu anterior,satu posterior. Tiap cabang mempunyai ranting lateral.
• Sistem pencernaan
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
• Sistem ekskresi
Alat ekskresi pada planaria berupa sel api. Dalam sel api terdapat rambut getar (cilia) yang getarnya menyerupai nyala api sehingga disebut sel api. Getaran cilia pada sel api menyebabkan zat sisa dapat mengalir ke pembuluh yang bermuara di permukaan tubuhnya. Zat sisa di alirkan melalui sel api umumnya berupa sisa nitrogen yang di keluarkan dalam bentuk ammonium. Ammonium tersebut mudah larut dalam air yang terdapat si lingkungan sekitar planaria. Urin di keluarkan melalui lubang pengeluaran.
• Sistem saraf
Sistem pada planaria disebut system saraf tangga tali. Sistem saraf tersebut terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, di bagian anteriornya berhubungan silang, dan 2 ganglia anterior yang terletak dekat di bawah mata.
• Sistem reproduksi
Sistem reproduksi majemuk karena bersifat hemafrodit. Hewan ini dapat melangsungkan pembuahan sendiri. Beberapa jenis planaria berkembangbiak dengan fragmentasi, hewan ini mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat tinggi. Fragmen (pecahan) dari bagian anterior tubuhnya berregenerasi lebih dari pada fragmen ynag berasal dari bagian posterior tubuhnya.
2. Kelas Trematoda (cacing isap)
Semua anggota terematoda hidup parasit, terutama pada vertebrata. Berbeda dengan turbellaria, permukaan tubuh terematoda tidak bercilia, tetapi tertutup dengan kutikula. Terematoda mempunyai alat penghisap di mulut dan permukaan ventral untuk menempel pada inang. Trematoda termasuk hewan hemafrodit,dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba, sapi), dan cacing hati parasit pada manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacingdarah).
Fasciola hepatica
Isilah cacing hati umumnya hanya meninjuk kepada F. hepatica pada domba (jarang pada sapi) dan F. gigantica pada sapi (jarang pada domba). Cacing dewasa berbentuk daun panjang 5 cm, lebar 1,5 cm. Ukuran telur 150 x 90 μm, warna agak kuning Telur yang dikeluarkan cacing dewasa 500.000 butir. Menyebabkan nekrosis pada sel hati, anemia, peradangan dan kerusakan pada saluran empedu, mata, otak, dan paru-paru. Fasciola mempunyai batil isap mulut. Mulut melanjut ke faring dan esofagus yang bercabang dua, yang kemudian masing-masing beranting banyak. Saluran pencernaan fasciola adalah ruang gastrovaskular. System ekskresi di mulai dari sel-sel nyala (penyembur), lalu ke saluran ekskresi longitudinal dan bermuara di bagian posterior. Sistem saraf serupa dengan sitem saraf pada planaria.
Cacing ini bersifat hemafrodit cacing dewasa bertelur didalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba. Kemudian telur ini keluar bersama tinja. Dalam air mirasidium menetas, lalu memasuki tubuh siput air tawar Lymnea auricularis rubiginosa. Dalam tubuh siput, mirasidium berubah menjadi sporokista. Dengan cara paedogenesis, maka dalam tubuh sporokista terbentuk banyak redia. Redia kemudian dari tubuh sporokista. Dengan cara paedogenesis pula dalam tubuh redia terbentuk banyak serkatia yang berekor. Serkaria keluar dari tubuh redia, berenang, dan menempel pada tumbuhan air lainnya yang mengandung kista (metaserkaria yang mengkista). Sapi atau domba tertular cacing hati umumnya karena makan rumput dan tumbuhan air lainnya. Yang mengandung kista tersebut. Rumput yang tumbuh di tepi sungai atau rawa dan danau banyak mengandung kista itu.
Clonorchis sinensis
Struktur tubuh cacing ini sanma seperti pada fasciola, hanya berbeda dalam system percabangan usus. Pada clonorchis cabang usus lateral tidak beranting seperti pada cacing hati umumnya.
Siklus hidupnya serupa dengan cacing hati umumnya, hanya jenis siklus inang sementara berbeda. Di samping itu, ikan air tawar dapat juga bertindak sebagai inamg sementara. Manusia tertular klonorkiasis karena makan ikan mentah yang mengandung serkaria. Pencegahannya yaitu, memasak ikan sampai matang, jangan memakan ikan yang di keringkan, diasap di bekukan sebelum di masak terlebih dahulu, penanganan yang baik pada feces manusia.
Schistosoma
Schistosoma hidup dalam pembuluh darah saluran makanan atau pembuluh dara saluran urine. Cacing jantan mempunyai belahan tubuh yang disebut gynecophoral canal, cacing betina tinggal di dalam saluran tersebut dan hanya akan keluar jika meletakan telurnya .Menyebabkan skistosomiasis (pembengkakan hati, limfa, tidak berfungsinya ginjal, pengapuran kantung kecing). Diperkirakan 200 juta orang terinfeksi (72 negara) dengan tingkat kematian 1 juta orang/tahun .
3. Kelas Cestoda (cacing pita)
Semua cacing pita hidup parasit dalam saluran usus vertebrata. Tubuh cacing pita tertutup dengan kutikula, tidak ada traktus digestuvus, tidak ada mulut. Tubuh (strobila) terdiri dari segmen-segmen (proglotida) dan kepala scolex). Dekat setelah skolex terdapat segmen-segmen kecil yang terdiri dari proglotida muda (bagian leher). Makin ke posterior segmen-segmen melebar sebagai segmen tua (gravid). Beberapa segmen gravid sering lepas dari strobila dan peristiwa itu di sebut apolitis. Di tinjau dari kelengkapan struktur, sebuah proglotida merupakan satu individu dan bersifat hemafrodit. System saraf dan system ekskresinya merupakan satu kesatuan dari bagian leher terus memanjang sampai bagian akhir strobila. Siklus hidup cacing pita berbeda-beda tergantung pda jenisnya. Contoh cestoda, yaitu:
Taenia saginata
Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Taenia saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang. Cacing pita sapi tidak menyebabkan penyakit yang serius, biasanya menimbulkan gejala, tetapi bisa menyebabkan pusing, sakit perut dan diare. Poglotidnya terlihat jelas pada feces. Siklus hidup Taenia saginata yaitu dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang.
Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster.
Taenia solium
Taenia solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi. Perbedaan yang jelas antara taenia solium dengan taenia saginata adalah bahwa manusia dapat terinfeksi oleh telur atau onchosfer taenia solium yang akan berkembang menjadi sistiserkus. Siklus hidupnya proglotida gravid dalam usus manusia mengandung telur yang telah di buahi. Telur keluar dari proglotida dan terbawa tinja. Di tanah, embrio tumbuh dan di telan oleh babi. Dalam duodenum babi embrio menetas, memasuki dinding usus, mengikuti peredaran darah ke hati, ke jantung, dan seterusnya mengikuti peredaran darah besar dan di angkut ke otot bergaris (paha, interkostal, diagfragma, pengunyah, lidah dan sebagainya.), dan menjadi kista yang disebut cysticercus sellulosae. Manusia tertular cacing pita daging babi karena makan daging babi mentah (setengah mateng) yang mengandung sistiserkus.
BAB III
KESIMPULAN
Hewan – hewan yang tergolong dalam filum Platyhelminthes memiliki struktur tubuh memanjang, simetri bilateral dengan struktur tubuh yang primitive. Banyak di antara hewan-hewan ini yang hidupnya parasitis dan menyerang beberapa beberapa jenis hewan Vertebrata. Beberapa jenis hewan Platyhelminthes hidup pada air tawar, air laut atau di daratan yang basah.platyhelminthes terbagi menjadi 3 kelas yaitu:
1. Kelas Turbellaria contoh: Planaria
2. Kelas Trematoda, contoh: Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Schistosoma.
3. Kelas Cestoda, contoh: Taenia saginata , Taenia solium
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo,M.D. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta
Sumarwan, dkk. 1994. IPA Biologi untuk SLTP kelas 2.Jakarta: ERLANGGA
www.google.com
http://kawanilmu.blogspot.com
http://diajengasnani.blogspot.com
http;//wikipedia.com/hewan-invertebrate/filum-platyhelminthes
PENDAHULUAN
Hewan-hewan yang termask filum Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Acanthocepala bertubuh memanjang , simetri bilateral, dengan struktur tubuh primitif. Tidak ada yang bersifat metameri, banyak di antaranya hidup parasitis. Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Platyhelminthes memiliki tubuh, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut, dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.
Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus.
Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filum Pltyhelminthes
Platy = pipih; helminthes (Yunani) = cacing; vermes (latin) = cacing. Platyhelminthes memiliki tubuh pipih lunak , epidermis lembut, bersilia (Turbellaria), tubuh ditutupi kutikula, dilengkapi Sucker, kait, atau keduanya untuk menempel pada inang (parasiter). Tubuh Platyhelminthes sudah dapat dibedakan antara bagian anterior dan posterior. Platyhelminthes bersifat tripoblastik, bilateral simetris , pipih tidak bersigmentasi. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Sistem pencernaan tidak lengkap (tidak mempunyai anus) biasanya bercabang-cabang. Mempunyai lapisan otot, tidak berangka, tidak mempunyai alat sirkulasi, respirasi, ekskresi dengan sel api yang berhubungan dengan saluran pengeluaran Sistem saraf dengan sepasangan ganglia anterior atau saraf bentuk cincin yang bersambungan dengan 1 – 3 saraf longitudinal yang memanjang di sisi tubuh, Jenis kelamin menyatu, masing-masing dengan gonad, fertilisasi internal, perkembangan secara langsung (Turbellaria, Monogenea) dan mengalami tahap larva (Trematoda, Cestoidae).
B. Klasifikasi
Platyhelminthes (cacing pipih) di bedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita).
1. Kelas Turbellaria (cacing berambut getar)
Anggota-anggota turbellaria hidup mandiri dalam air tawar, air laut, atau di daratan yang basah, jarang yang hidup parasit. Turbellaria memiliki cilia di tubuhnya untuk bergerak di air atau merayap pada dasar perairan. Bentuk tubuhnya berbentuk tongkat atau bentuk rabdit. Ukuran turbellaria antara 1-60 cm. Turbellaria bersifat herbivora, karnivora, atau scavenger. Turbellaria memiliki dua bintik mata yang peka terhadap cahaya, dan menyukai tempat gelap . reproduksi secara aseksual dengan pembelahan transversal (gaya regenerasi tinggi), dan secara seksual hermaprodit, fertilisasi internal, dengan terlebih dahulu melakukan pertukaran sperma. Contoh:
planaria
Anggota-anggota marga ini bertubuh kecil, hidup mandiri dalam air tawar. Permukaan tubuh bercilia, mempunyaki dua mata. Dari mulut, kira-kira di tengah terdapat proboscis, yaitu tenggorok yang dapat di tonjolkan ke luar. Tenggorok (faring) melanjut ke ruang digesti, yaitu usus yang terdiri dari 3 cabang utama, yaitu satu anterior,satu posterior. Tiap cabang mempunyai ranting lateral.
• Sistem pencernaan
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
• Sistem ekskresi
Alat ekskresi pada planaria berupa sel api. Dalam sel api terdapat rambut getar (cilia) yang getarnya menyerupai nyala api sehingga disebut sel api. Getaran cilia pada sel api menyebabkan zat sisa dapat mengalir ke pembuluh yang bermuara di permukaan tubuhnya. Zat sisa di alirkan melalui sel api umumnya berupa sisa nitrogen yang di keluarkan dalam bentuk ammonium. Ammonium tersebut mudah larut dalam air yang terdapat si lingkungan sekitar planaria. Urin di keluarkan melalui lubang pengeluaran.
• Sistem saraf
Sistem pada planaria disebut system saraf tangga tali. Sistem saraf tersebut terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, di bagian anteriornya berhubungan silang, dan 2 ganglia anterior yang terletak dekat di bawah mata.
• Sistem reproduksi
Sistem reproduksi majemuk karena bersifat hemafrodit. Hewan ini dapat melangsungkan pembuahan sendiri. Beberapa jenis planaria berkembangbiak dengan fragmentasi, hewan ini mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat tinggi. Fragmen (pecahan) dari bagian anterior tubuhnya berregenerasi lebih dari pada fragmen ynag berasal dari bagian posterior tubuhnya.
2. Kelas Trematoda (cacing isap)
Semua anggota terematoda hidup parasit, terutama pada vertebrata. Berbeda dengan turbellaria, permukaan tubuh terematoda tidak bercilia, tetapi tertutup dengan kutikula. Terematoda mempunyai alat penghisap di mulut dan permukaan ventral untuk menempel pada inang. Trematoda termasuk hewan hemafrodit,dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba, sapi), dan cacing hati parasit pada manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacingdarah).
Fasciola hepatica
Isilah cacing hati umumnya hanya meninjuk kepada F. hepatica pada domba (jarang pada sapi) dan F. gigantica pada sapi (jarang pada domba). Cacing dewasa berbentuk daun panjang 5 cm, lebar 1,5 cm. Ukuran telur 150 x 90 μm, warna agak kuning Telur yang dikeluarkan cacing dewasa 500.000 butir. Menyebabkan nekrosis pada sel hati, anemia, peradangan dan kerusakan pada saluran empedu, mata, otak, dan paru-paru. Fasciola mempunyai batil isap mulut. Mulut melanjut ke faring dan esofagus yang bercabang dua, yang kemudian masing-masing beranting banyak. Saluran pencernaan fasciola adalah ruang gastrovaskular. System ekskresi di mulai dari sel-sel nyala (penyembur), lalu ke saluran ekskresi longitudinal dan bermuara di bagian posterior. Sistem saraf serupa dengan sitem saraf pada planaria.
Cacing ini bersifat hemafrodit cacing dewasa bertelur didalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba. Kemudian telur ini keluar bersama tinja. Dalam air mirasidium menetas, lalu memasuki tubuh siput air tawar Lymnea auricularis rubiginosa. Dalam tubuh siput, mirasidium berubah menjadi sporokista. Dengan cara paedogenesis, maka dalam tubuh sporokista terbentuk banyak redia. Redia kemudian dari tubuh sporokista. Dengan cara paedogenesis pula dalam tubuh redia terbentuk banyak serkatia yang berekor. Serkaria keluar dari tubuh redia, berenang, dan menempel pada tumbuhan air lainnya yang mengandung kista (metaserkaria yang mengkista). Sapi atau domba tertular cacing hati umumnya karena makan rumput dan tumbuhan air lainnya. Yang mengandung kista tersebut. Rumput yang tumbuh di tepi sungai atau rawa dan danau banyak mengandung kista itu.
Clonorchis sinensis
Struktur tubuh cacing ini sanma seperti pada fasciola, hanya berbeda dalam system percabangan usus. Pada clonorchis cabang usus lateral tidak beranting seperti pada cacing hati umumnya.
Siklus hidupnya serupa dengan cacing hati umumnya, hanya jenis siklus inang sementara berbeda. Di samping itu, ikan air tawar dapat juga bertindak sebagai inamg sementara. Manusia tertular klonorkiasis karena makan ikan mentah yang mengandung serkaria. Pencegahannya yaitu, memasak ikan sampai matang, jangan memakan ikan yang di keringkan, diasap di bekukan sebelum di masak terlebih dahulu, penanganan yang baik pada feces manusia.
Schistosoma
Schistosoma hidup dalam pembuluh darah saluran makanan atau pembuluh dara saluran urine. Cacing jantan mempunyai belahan tubuh yang disebut gynecophoral canal, cacing betina tinggal di dalam saluran tersebut dan hanya akan keluar jika meletakan telurnya .Menyebabkan skistosomiasis (pembengkakan hati, limfa, tidak berfungsinya ginjal, pengapuran kantung kecing). Diperkirakan 200 juta orang terinfeksi (72 negara) dengan tingkat kematian 1 juta orang/tahun .
3. Kelas Cestoda (cacing pita)
Semua cacing pita hidup parasit dalam saluran usus vertebrata. Tubuh cacing pita tertutup dengan kutikula, tidak ada traktus digestuvus, tidak ada mulut. Tubuh (strobila) terdiri dari segmen-segmen (proglotida) dan kepala scolex). Dekat setelah skolex terdapat segmen-segmen kecil yang terdiri dari proglotida muda (bagian leher). Makin ke posterior segmen-segmen melebar sebagai segmen tua (gravid). Beberapa segmen gravid sering lepas dari strobila dan peristiwa itu di sebut apolitis. Di tinjau dari kelengkapan struktur, sebuah proglotida merupakan satu individu dan bersifat hemafrodit. System saraf dan system ekskresinya merupakan satu kesatuan dari bagian leher terus memanjang sampai bagian akhir strobila. Siklus hidup cacing pita berbeda-beda tergantung pda jenisnya. Contoh cestoda, yaitu:
Taenia saginata
Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Taenia saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang. Cacing pita sapi tidak menyebabkan penyakit yang serius, biasanya menimbulkan gejala, tetapi bisa menyebabkan pusing, sakit perut dan diare. Poglotidnya terlihat jelas pada feces. Siklus hidup Taenia saginata yaitu dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang.
Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster.
Taenia solium
Taenia solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi. Perbedaan yang jelas antara taenia solium dengan taenia saginata adalah bahwa manusia dapat terinfeksi oleh telur atau onchosfer taenia solium yang akan berkembang menjadi sistiserkus. Siklus hidupnya proglotida gravid dalam usus manusia mengandung telur yang telah di buahi. Telur keluar dari proglotida dan terbawa tinja. Di tanah, embrio tumbuh dan di telan oleh babi. Dalam duodenum babi embrio menetas, memasuki dinding usus, mengikuti peredaran darah ke hati, ke jantung, dan seterusnya mengikuti peredaran darah besar dan di angkut ke otot bergaris (paha, interkostal, diagfragma, pengunyah, lidah dan sebagainya.), dan menjadi kista yang disebut cysticercus sellulosae. Manusia tertular cacing pita daging babi karena makan daging babi mentah (setengah mateng) yang mengandung sistiserkus.
BAB III
KESIMPULAN
Hewan – hewan yang tergolong dalam filum Platyhelminthes memiliki struktur tubuh memanjang, simetri bilateral dengan struktur tubuh yang primitive. Banyak di antara hewan-hewan ini yang hidupnya parasitis dan menyerang beberapa beberapa jenis hewan Vertebrata. Beberapa jenis hewan Platyhelminthes hidup pada air tawar, air laut atau di daratan yang basah.platyhelminthes terbagi menjadi 3 kelas yaitu:
1. Kelas Turbellaria contoh: Planaria
2. Kelas Trematoda, contoh: Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Schistosoma.
3. Kelas Cestoda, contoh: Taenia saginata , Taenia solium
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo,M.D. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta
Sumarwan, dkk. 1994. IPA Biologi untuk SLTP kelas 2.Jakarta: ERLANGGA
www.google.com
http://kawanilmu.blogspot.com
http://diajengasnani.blogspot.com
http;//wikipedia.com/hewan-invertebrate/filum-platyhelminthes
Rabu, 08 September 2010
Karakteristik Ikan Hiu
sebagian besar hiu tubuhnya berbentuk "spindle shape " yang melancip dikedua ujungnya. ekornya heterocercal yang di gunakan untuk berenang. celah insang lateral, terdapat spirakel di belakang mata. mempunyai hati yang di penuhi oleh minyak. sirip terdiri atas sepasang sirip dada (pectoral) dan sirip perut (pelvic), satu atau dua sirip punggung (dorsal), satu surip ekor, kadang-kadang terdapat sepasang sirip dubur (anal). hiu adalah sekelompok (subordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang ( kadang-kadang enam, tujuh tergantung pada spesiesnya). hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat di gantikan.
Langganan:
Postingan (Atom)